Pengemis menolak. Jawabnya : "Malas kerja, capek. Saya lebih suka jadi pengemis."
Kalau sudah begini, kita harus bagaimana???
==============
Kalau kasusnya seperti ini, saya pernah dan sering merasakannya waktu di Jawa. Kalau di Denpasar pernah, tapi tidak sering.
Ini adalah salah satu cerita dari saya:
Tiba-tiba di depan pintu pagar ada seorang bapak. Saya persilahkan masuk. Saya tawari beliau makan, tapi beliau menolak, karena mungkin dalam hatinya, belau hanya ingin uang. Namun saya tetap membawakan sepiring nasi untuk dimakan di teras. (saya hanya mempersilahkan duduk di kursi teras)
Sebenarnya, yang dibutuhkan para pengemis bukanlah sedekah, tapi upaya membangkitkan MOTIVASI mereka agar tidak menularkan jiwa mengemis. “Mental mereka harus diperbaiki agar mau berjuang memperbaiki keadaan.”
Sambil beliau makan, saya tanya apa yang beliau butuhkan. Namun sebelumya saya berkata kalau saya tidak bisa memberi uang. Saya ajak beliau sharing dengan saya. Saya tidak sungkan memberikan advise kepada orang yang usianya di atas saya. Saya bicara dengan baik-baik.
Pertama beliau juga berkata seperti itu, “Capek.”
Tapi saya tidak mnyerah. Terus saja saya memberi motivasi-motivasi kepada beliau. Dan ketika saya berkata,
“Walaupun saya belum banyak mengenal Bapak, dari perbincangan ini saya bisa menyimpulkan bahwa Bapak adalah orang yang hebat dan sangat luar biasa. Andai saja Bapak bekerja dengan selayaknya dan ikhlas, Bapak akan menjadi sangaaaaaaat luar biasa. Dan mungkin Bapak akan menjadi jauh lebih baik dari yang saya, Bapak, istri dan anak2 Bapak bayangkan sebelumnya.”
Kemudian, beliau tertunduk dan mengusap airmatanya..
Intinya adalah: "BUKAN SEDEKAH, TAPI MOTIVASI" :)
Denpasar, 26 Oktober 2010
Niswa Djupri