Hai Sahabat, kenapa Kau masih saja galau, seperti hari-harimu sangat sempit, sepertinya nafasmu tersengal.
Kau tau kan, bahwa di sana ada sebuah cahaya nyata, rangkulan yang lebar atas semua jalan keluar dan kemudahan.
Wahai sahabatku, Kau tau kan, bahwa di balik semua apa yang telah menghimpitmu pasti ada jalan keluarnya. Dan seperti apa yang Kau tau, bahwa pasca bencana letusan gunung, lambat laun akan membuat tanah sekelilingnya subur.
Kenapa masih galau, wahai Sahabat? Bola matamu yang indah butuh sebuah kenikmatan. Hilangkan kegalauan yang ada. Esok akan datang pagi, maka bersuka-citalah terhadap kehadirannya. Sebuah cahaya kebahagiaan akan menyinarimu.
Tenanglah, Sahabat. Kau adalah ciptaan Tuhan yang anggun, tak sepatutnya Kau galau. Niscaya Kau akan tetap mendapat dekapan lembutNYA. Dari Sang Maha Cinta..
Damaikanlah hatimu yang terus bergejolak. Jangan biarkan hatimu laksana ombak laut di musim hujan. Di sana ada yang tersenyum padamu, senyum dari Sang Maha Pemelihara. Dia yang telah memberi deskripsi tentang sebuah makna cinta yang tidak bisa dideskripsikan dengan lidah insan manapun, termasuk lidahku dan lidahmu.
Ilmu pagi belum kita hafal, hai Sahabat. Embunpun belum meregamkan petala bumi, jadi melangkahlah dengan hati yang tenang tanpa kegalauan. Di sana, di ufuk, telah ada pintu keluar dari apa yang Kau rasakan sekarang..
Tenangkan hatimu, Sahabat..
Bibir dan hatiku siap mendoakanmu dalam tiap sholatku..
Damaikanlah hatimu, Sahabat..
Pundakku siap menjadi senderan kepalamu..
21:56 Wita
Denpasar, 3 Januari 2011
Niswa Ma’rifah Djupri