Saya ingin menitikkan sebuh kasih dan menjadi airmata
yang mampu menghapus goresan-goresan di dinding
dengan sebuah pena yang pernah saya tulis sendiri
Kemudian saya akan menggantinya dengan goresan kuas
saya akan jadikan sebuah gambar pelangi
yang mampu mengirimkan damai yang dititipkan barisan merpati
bersamaan dengan hembusan nafas saya.
Lidah ini memang tajam
dan hanya Tuhan lah yang selalu mampu bersenandung dengan bahasa terhalus
Mencahayai dengan cahaya terlembut
dan mencintai dengan cinta yang utuh.
Saya memang tak bisa mendeskripsikan yang terindah.
Saya bukan Soe Hok Gie,
seorang pemuda keturunan Cina
yang betapa dengan goresan penanya di buku catatannya
dia menulis idealismenya dengan sesuatu yang indah.
Dan ketika yang tabu mulai dipertontonkan tanpa malu
diam ini saya rasa justru semakin malu.
Kemudian, saya memilih menunduk.
Mungkin, arah pandang saya salah.
Lantas, dari sekian apa yang saya lakukan dan saya alami,
saya menemukan Tuhan lah letak ujung dan pangkal,
dari bentuk 'maaf'.
Bukan apa atau siapa yang lain!
Saya sujudkan diri ini.
Lalu berdoa untuk semua
agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Semoga apa yang pernah kita alami
mampu membuat kita
lebih dewasa dan bijaksana
dalam berperilaku
Amiin..
20:18 Wita
Denpasar, 5 Januari 2011
Niswa Ma’rifah Djupri