Banyak yang berduka atas terbakarnya pasar Badung kemarin sore (29 Februari 2016 pukul 5 sore). Selain dari para pedagang yang dagangannya ludes dilahap api, masyarakat Bali pun juga berduka. Dikarenakan pasar Badung ini selain berjasa dalam sistem ekonomi masyarakat Bali, pasar Badung juga memiliki sejarah yang tinggi. Pasar Badung menyimpan sejarah nan panjang. Konon tukad (sungai) Badung yang membatasi antara pasar Badung dan pasar seni tradisional Kumbasari itu menjadi lintasan pasukan ekspedisi Belanda yang bergerak menuju Pamecutan dari Denpasar pada peristiwa Puputan Badung, 20 September 1906.
Aktivitas ekonomi yang tinggi sejalan citra Denpasar sebagai kota budaya yang ramai dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri. Secara tidak langsung turut berpengaruh peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan pokok dan barang. Wisatawan kerap belanja di pasar itu. Sebagai ibu kota propinsi, Pasar Badung menjadi penyangga nadi ekonomi pedagang kecil dan penyedia kebutuhan pokok yang murah meriah. Di pasar Badunglah kita bisa menemukan pedagang-pedagang besar dari mulai sayur, buah, ikan, janur, dan kebutuhan pokok lainnya, sehingga kita bisa menemukan langganan pedagang langsung dari tangan pertama.
Sebelum kejadian kebakaran sore kemarin, pasar Badung yang dibangun tahun 1977 itu juga sempat hangus dilalap api tahun 2000 dan kembali direnovasi yang berakhir tahun 2001.
Semoga kejadian ini tidak terulang kembali. Diharapkan kedepannya bisa memperbaiki sistem tata ruang lapak dan parkirnya, termasuk pemasangan hidran di tempat-tempat strategis. Serta didukung oleh pedagang, pembeli, petugas dan pengunjung pasar yang tidak membuang sampah sembarangan.
Twitter & Instagram : @md_niswa