Ketika fitnah menghantam, hanya ada 2 pilihan. Jelaskan sampai tuntas jika engkau mampu, atau biarkan saja, sampai mereka tahu yang sebenarnya. Yang jelas, jika selama ini kita menutup aib orang lain, Tuhan pasti menutup aib kita juga. Karena pada dasarnya, kita punya aib masing-masing.
Fitnah memang terdengar menyakitkan. Tapi bukan berarti harus tumbang begitu saja. Hanya ketulusan hati dan kekuatan pikiran yang mampu menegakkan badan kembali berjalan sedia kala. Bahkan berlari. Sangat kencang.
Ketika kita tulus dalam pengabdian, bahkan justru tidak mengharapkan lebih, Tuhan akan memberi rejeki yang jauh lebih yang kita bayangkan.
Seperti ilmu matematika yang sering kita pelajari waktu sekolah :
1/2 = 0,5 (satu per dua = setengah)
Jika memberi satu dan mengharap dua, maka hasilnya hanya mendapat setengah.
1/1 = 1 (satu per satu = satu)
Jika memberi satu dan mengharap satu, maka hasilnya hanya mendapat satu.
1/0 = ~ (satu per nol = tak terhingga)
Jika kamu memberi satu dan tak mengharap apapun, maka hasilnya mendapatkan sesuatu yang tak terhingga.
Dari rumus di atas, kita bisa tahu bahwa apa yang sebenarnya kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita lakukan dan harapkan sebelumnya.
Tapi di setiap pertumbuhan perjalanan kehidupan pasti ada sesuatu yang membuat roboh. Seperti halnya pohon yang semakin tumbuh tinggi, maka semakin banyak angin yang menerpa. Semakin tinggi gedung, semakin rentan terkena sambaran petir.
Kita hanya punya 2 tangan, dan mereka punya hak untuk berbicara karena mereka punya mulut. Dengan 2 tangan yang kita punya, kita tidak mungkin bisa menutup mulut-mulut mereka. Yang bisa kita lakukan adalah menutup telinga kita dengan 2 tangan yang kita miliki masing-masing.
---------------------------------------------
Niswa Djupri
Denpasar, 25 April 2017