Mengenangmu dari secangkir kopi di jalan yang pernah kita lalui. Meski nasib sudah meretaskan mimpi kita menjadi cerita yang berbeda.
Sekarang aku tahu mengapa kopiku selalu pahit. Itu karena selama ini kopi selalu mengalah pada kita berdua. Karena kopilah yang selalu mencoba untuk selalu pahit agar kita berdua saling terlihat manis satu sama lain.
Kau begitu manis di mataku, dan aku begitu manis di matamu. Dan akan selalu begitu. Sampai besoknya lagi, besoknya lagi, daaaaaaan sampaiiiii besoknya lagi.
Terimakasih kopi dari kami berdua yang sudah memiliki cerita masing-masing. Yang seperti kopi, yang sejatinya jika dia mau, bisa saja menjadi sangat manis, namun dia tetap rendah hati. .....
Niswa Djupri
Denpasar, 10 April 2017